Transit in Milan, Whacha Gonna do??

Rush trip alias trip kejar tayang  jarang saya lakukan kalo nggak benar-benar kepepet. Biasanya sih, saya selalu meluangkan beberapa hari untuk menikmati ambians sebuah kota seutuhnya. Dan biasanya pula di sebuah negara, saya bisa mengunjungi lebih dari satu kota. Oleh karena itu, dalam satu kali trip, saya bisa menghabiskan waktu hampir semingguan hanya untuk mengeksplor satu negara.

Namun trip beberapa pekan lalu menjadi sebuah pengecualian. Saya dan keluarga yang berencana menyisir sekitar empat negara terpaksa harus “stripping” ceria ala sinetron, berpindah satu negara ke negara lain dalam waktu yang demikian singkat. Maklum, usaha keluarga nggak bisa ditinggal lama-lama, jadilah kami terpaksa berpacu dengan waktu.

Setelah tiga hari menyatu dengan alam cantik Swiss, kami melanjutkan perjalanan ke Roma via Milan. Rempong yee, kenapa nggak langsung terbang ke Roma aja dari Swiss, daripada transit-transit segala, buang banyak waktu di jalan. Well, pengennya sih gitu. Tapi berhubung tiket pesawat direct Zurich-Roma lumayan mahal mampus, dan setelah saya membandingkan dengan jalur darat dengan rute Spiez (salah satu kota di Swiss dekat dengan perhentian akhir kami) -Milan-Roma, ternyata selisih harga tiketnya lumayan besar perorang (belum lagi bila dikalikan dengan jumlah anggota keluarga yang berangkat).

Nah, singkat cerita, sekarang kami sudah terdampar di stasiun kereta Milan Central. Kami punya waktu luang sekitar enam jam sebelum nantinya beranjak ke bandara dan terbang ke Roma. Jeleknya saya kalo punya waktu luang yang nanggung selama itu, saya malas membuat itinerari singkat jauh-jauh hari. Seperti yang terjadi saat saya 10 jam transit di Frankfurt tahun lalu, saya sama sekali nggak mempersiapkan rencana apa-apa untuk ngulik-ngulik info seputar obyek wisata setempat.

Daaaan, beginilah trip ala kadar saya selama enam jam di Milan yang saya andalkan hanya peta kota dan googling singkat sehari sebelumnya.

Duomo Cathedral

Bangunan berlanggam Gotik ini tentu didaulat menjadi primadona Italia dan Milan pada khususnya. Terletak di jantung kota Milan, katedral terbesar kedua di Italia ini dapat menampung hingga 40.000 orang. Konstruksi Duomo dimulai pada tahun 1386 dan selesai dibangun dalam waktu sekitar tiga abad. Worth a wait sih, secara fasadnya aja udah mind-blowing banget sophisticated-nya, ya, kan?

IMG_5036

Galery Vittorio Emmanuelle II

Siapa yang nggak takjub melihat langit-langit pusat perbelanjaan tertua di dunia ini. Menyandang nama raja pertama Italia, Victor Emmanuel II, bangunan kuno ini juga akrab dengan sebutan nama “Ruang Rekreasi” atau “Il Salotto di Milano”. Ya,  Galeri ini bertaburan toko-toko barang branded dan fancy restaurant bakalan membuat kamu merinding terpukau. Sstt… jangan sampai kalap belanja ya, Buuu.

IMG_4937

Via Dante

Resapi lalu lalang trem dan ingar-bingar lautan manusia yang memadati jalanan di kawasan bangunan kuno yang disulap menjadi area pertokoan dan kafe-kafe cantik. Membentang dari alun-alun Duomo hingga kastil Sforzesco, kamu  bisa duduk-duduk di salah satu restorannya sambil menghirup secangkir Capuccino atau menyantap Spagetti Frutti di Mare favoritmu!

IMG_5002

Kastil Sforza

Atau dalam bahasa Italianya Sforzesco Castillo adalah kastil yang dibangun pada abad ke 15. Kastil ini dibangun di atas sebuah benteng pertahanan sudah berdiri sejak abad ke 14. Kini kastil beralih fungsi menjadi hub sekumpulan museum, seperti useum peradaban bangsa Mesir, museum alat musik, hingga museum koleksi benda seni.

IMG_5018

IMG_5026Gereja San Gottardo

Gereja yang dibangun pada tahun 1330 ini memiliki atap oktagonal dan menara yang sangat cantik.

IMG_4953